Kawalu, Tradisi Ritual Suku Baduy Tertutup Bagi Wisatawan

0
246

Banten, Sigap88news.com – Masyarakat Baduy Dalam di pedalaman Kabupaten Lebak Provinsi Banten selama 3 bulan tertutup bagi wisatawan lantaran akan melaksanakan tradisi Kawalu (ritual adat penyucian diri kepada Tuhan Yang Maha Esa).

Selama masa Kawalu itu, wisatawan dilarang memasuki permukiman Badui Dalam, antara lain, Kampung Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Sebab, selama itu masyarakat Baduy Dalam perlu ketenangan.

Oleh karenanya, selama ritual itu berlangsung, wisatawan hanya boleh mendatangi permukiman masyarakat Baduy Luar atau Baduy penamping.

Tetua adat Baduy sekaligus Kepala Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Jaro Saija minta wisatawan mematuhi larangan itu, tidak memaksakan diri memasuki kawasan perkampungan Baduy Dalam.

Penetapan Kawalu itu berdasarkan petuah Tetua Adat Tangtu Tilu Jaro Tujuh Lembaga Adat Desa Kanekes dan masyarakat Baduy Dalam.

Pelaksanaan Kawalu bagi masyarakat Baduy Dalam, berdasarkan kesepakatan tangtu tilu (pemimpin adat) dan pada hari ke-18 mereka menjalankan puasa kemudian menggelar upacara ritual ngariung selamatan.

Setelah melaksanakan Kawalu, masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar akan turun gunung menggelar Seba Baduy dengan mendatangi Bupati Lebak dan Gubernur Banten untuk bersilaturahmi.

Kegiatan Seba Baduy bersilaturahmi bersama ‘Ibu Gede’ Bupati Lebak dan ‘Bapak Gede’ Gubernur Banten itu juga akan diikuti masyarakat Baduy Dalam. Mereka akan berjalan kaki ke Rangkasbitung dan Kota Serang sejauh kurang lebih 160 kilometer pergi-pulang.

Bagi masyarakat Baduy Dalam, ke mana pun pergi harus berjalan kaki karena dilarang naik atau menumpang kendaraan roda dua maupun roda empat, namun untuk warga Baduy Luar masih diperbolehkan.

“Dengan pelaksanaan Kawalu itu kami berharap masyarakat Baduy sejahtera, damai, dan sehat selalu,” kata Jaro Saija.

Masyarakat Baduy yang berpenduduk 16.000 jiwa dan tersebar di 68 perkampungan itu menjadikan Kawalu sebagai upacara yang wajib dilaksanakan setiap tahun, baik laki-laki, perempuan, kalangan muda hingga orang tua.

Ritual Kawalu merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat Baduy kepada Sang Maha Kuasa atas anugerah hasil alam yang diberikan.

Kehidupan masyarakat Baduy dikenal hanya mengandalkan penghasilan ekonomi dan ketahanan pangan dari huma ladang dengan menanam padi huma, pisang, jagung, jahe, kencur, tiwu endog (terhubung), sayur-sayuran, dan cabai.

Untuk diketahui, Tradisi Kawalu sudah berlangsung ratusan tahun oleh masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar. Ritual ini merupakan upacara adat yang sakral.

Jika masyarakat Baduy tidak melaksanakan tradisi Kawalu diyakini akan mengakibatkan musibah dan menimbulkan malapetaka. Oleh karena itu, Kawalu wajib diikuti oleh seluruh warga Baduy.

Namun, upacara suci itu hanya dipusatkan di tiga kampung tangtu atau Baduy Dalam dengan tiga Puun di masing-masing kampung, yakni Cibeo, Cikeusik, dan Cikertawana.

Pelaksanaan upacara Kawalu bertempat di bale yang lokasinya tak jauh dari tempat tinggal puun/pemangku adat. Masyarakat Badui Dalam maupun Badui Luar dapat berkumpul dan memenuhi bale itu.

Dalam pelaksanaan upacara Kawalu ini, setiap kampung dipimpin oleh puun dan dibantu oleh para Jaro Tujuh dan Baresan Palawari sebagai panitia pelaksana.

“Kami sebelum lahir, upacara Kawalu sudah ada,” kata Jaro Saija.

Selama tradisi Kawalu, perkampungan Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik tertutup baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara setelah ditetapkan oleh lembaga adat setempat. Penutupan dimulai sejak 24 Januari hingga 24 April 2023.

Penutupan tersebut karena masyarakat Baduy Dalam yang ada di tiga kampung itu fokus beribadah dan berdoa atau menyucikan diri sehingga mereka tidak boleh terganggu.

Masyarakat Baduy selama ritual Kawalu meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dijauhkan dari marabahaya dan mendatangkan keberkahan dan hidup makmur, sejahtera, dan sehat.

Begitu juga mereka berdo’a, agar bangsa dan negara aman, damai, dan sejahtera.

Namun, selama penutupan itu masih ada kekecualian. Pejabat daerah dan pejabat negara diizinkan masuk ke kawasan Baduy Dalam, tetapi dibatasi hanya lima orang.

Jaro Tangtu 12 Saidi Yunior mengatakan dirinya sebagai jaro tanggungan 12 atau sebagai peneguh iman.

Pada rangkaian budaya tersebut secara serempak masyarakat Baduy melakukan puasa Kawalu bertepatan dengan tanggal 24 Januari 2023.

Masyarakat Baduy yang sudah disunat wajib melaksanakan ibadah puasa. Jika mereka tidak melaksanakan puasa Kawalu akan menjadi beban bagi dirinya sendiri.

Pelaksanaan puasa merupakan bagian upacara Kawalu sehingga masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar wajib menjalani ibadah puasa 3 bulan berturut-turut.

Adapun pelaksanaan ibadah puasa tersebut cukup hanya 1 hari dalam setiap bulan. Karena itu, dirinya mengajak seluruh masyarakat Baduy dapat melakukan ibadah puasa Kawalu.

Puasa hari pertama itu dilakukan tanggal 17 bulan Kasa atau disebut Kawalu Tembey yakni Kawalu pertama.

Selanjutnya, pada bulan kedua dilakukan tanggal 18 bulan Karo atau disebut Kawalu Tengah, sedangkan pada bulan ketiga dilaksanakan tanggal 17 bulan Katilu atau disebut Kawalu Tutug.

Puasa yang dilakukan itu seperti pada umumnya menjalankan puasa dengan tidak makan dan minum.

Masyarakat Baduy menjalankan ibadah puasa Kawalu dimulai pukul 17.00 WIB dan kembali berakhir pukul 17.00 WIB keesokan harinya.

Selain itu, Masyarakat Baduy sebelum melaksanakan ritual upacara Kawalu terlebih dahulu melakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan, selama 3 hari sebelum upacara Kawalu.

Kebersihan itu harus terjaga dengan baik di rumah-rumah dan lingkungan tempat tinggal.

Tokoh Baduy Dalam, Ayah Mursid, mengatakan ritual upacara Kawalu wajib dilaksanakan selama 3 bulan dalam setahun dan tujuannya untuk berdo’a kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar diberikan keberkahan dan keselamatan.

Selama masa itu, masyarakat Badui Dalam juga dilarang menggelar perkawinan dan sunatan anak yang bisa menimbulkan keramaian

Santa (55), warga Baduy Luar, mengatakan akan fokus menjalani penyucian diri dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar pertanian ladang menghasilkan panen melimpah, sehingga dapat meningkatkan kemakmuran warga.

Selama ini, masyarakat Baduy belum ditemukan kerawanan pangan maupun kelaparan karena tercukupi pangan dari hasil bercocok tanam di ladang.

Santa mengaku menanam padi huma, palawija, dan sayur-sayuran, yang tumbuh subur di lahan satu hektare milik Perum Perhutani Cicuraheum Gunungkencana.

Kemungkinan memasuki panen padi huma awal Maret 2023 karena padi huma bisa dipanen setelah 6 bulan ditanam.

Setelah menjalani Kawalu selama tiga bulan, warga Baduy akan merayakan acara Seba. Mereka akan membawa hasil Bumi, seperti ketan, beras, pisang, gula aren, sirih, sayuran, dan berbagai macam hasil bumi lainnya.

Hasil Bumi itu nantinya pada acara Seba diserahkan kepada Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya dan Penjabat Gubernur Banten.

“Kami bersyukur masyarakat Baduy selama ini selalu damai, aman, dan tidak kelaparan,” kata Santa. (AR_red)

Penulis: Mansyur Suryana

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini