Oleh : Imam Sanusi, M.Pd.
Tidak ada yang mengangka Megawati Ketua Umum PDI-P yang begitu perkasa, bisa ditaklukkan Jokowi. Megawati yang pernah menerima Jokowi bagai Ketua RT menghadap Bupati, dan pernah menyatakan Jokowi tanpa PDI-P tidak ada apa-apanya …, kini tidak berkutik menghadapi manuver politik Jokowi. Dengan pembawaan yang kalem, polos dan santun Jokowi telah berhasil memikat hati Magwati. Melalui PDI-P Jokowi berhasil menapaki tangga secara berjenjang dari Wali Kota Solo ke Gubernur DKI Jakarta dan menggapai puncak tangga sebagai Presiden RI ke 7 dan 8.
Tidak hanya Jokowi yang telah menikmati karpet merah dari Megawati, melalui PDI-P Gibran Rakabuming Raka dan Boby Nasution telah diberi karpet merah sebagai Wali Kota Solo dan Wali Kota Medan. Prevelege luar biasa telah PDI-P berikan untuk keluarga besar Jokowi, tapi keadaan ini kini berbalik. Bagai Kacang lupa kulitnya, menjelang Pipres 2024 terkesan Jokowi vis a vis dengan Megawati. Jokowi bermain dua kaki, mendukung Ganjar Pranowo sebegai Bacapres dari PDI-P dan mendorong Prabowo Subianto sebagai Bacapres dari Gerindra. Tetapi dengan Gibran sebagai Bacawapres Prabowo, sekarang Jokowi mendukung Bacapres Prabowo dan mendorong Bacapres Ganjar.
Manuver dua kaki Jokowi sudah lama diketahui Megawati, tetapi PDI-P belum pernah merespon manuver politik Jokowi. PDI-P yang kelihatan garang ketika menghadapi langkah politik Gibran Rakabuming Raka, Budiman Sujatmiko, Effendi Simbolon sekarang mlempem bak krupuk kena air menghadapi perbedaan pilihan politik Kaesang Pangareb dan aksi lompat partai Gibran Rakabuming Raka ke Golkar. Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang masih tercatat sebagai anggota PDI-P pada tanggal 23 Oktober 2023 telah dideklrasikan sebagai Bacawapres Prabowo Subianto dari Gerindra. Sampai pendaftaran pasangan Prabowo-Gibran tidak ada reaksi apapun dari PDI-P, padahal dengan Gibran sebagai Bacawapres Prabowo punya potensi menggerus suara PDI-P dan relawan Projo sebagai relawan Jokowi telah menyatakan mendukung Prabowo-Gibran.
Tidak adanya reaksi terhadap langkah politik Jokowi, Gibran dan Kaersang memunculkan pertanyaan, adakah sikap dingin PDI-P karena ingin mendinginkan suasana politik yang telah memanas ataukah karena PDI-P sebagai pengusung Jokowi sedang tersandera karena kebijakan beberapa elitenya ?. Diam berarti emas, dengan PDI-P diam mengadapi manuver politik Jokowi suasana politik tidak semakin mamanas, tetapi sikap proaktif yang dintunjukkan oleh PDI-P akhir-akhir ini ada yang memaknai PDI-P ketakutan karena beberapa kasus hukum yang sedang berjalan atau sudah berjalan di KPK menyenggol beberapa elite atau keluarga elit PDI-P.
Kasus E-KTP, kasus PAW anggota DPR RI, dan kasus BTS Kominfo yang sedang berjalan infonya menyenggol elite dan keluarga petinggi PDI-P. Kasus-kasus besar inilah yang mungkin membuat PDI-P tidak berdaya menghadapi beberapa manuver politkik Jokowi yang tidak menguntungkan pada PDI-P. Jika tiga kasus tersebut digelar dan diperlebar, akan sangat menurunkan kredibiltas DPI-P. Sikap diam Megawati menghadapi manuver politik Jokowi ada pula yang mamaknai bahwa ini bagian dari skenario antara
Jokowi dan Megawati menghadapi Pilpres 2024. Jokowi yang sejak awal menginginkan Pilpres hanya diikuti dua pasang dari orang dekat Jokowi, harus merubah skenario karena Anis yang tidak diinginkan ikut Pilpres 2024 ternyata bisa mendaftar bersama Muhaimin Iskandar.
AMIN yang dianggap kurang menguntungkan bagi Jokowi akan berhadapan dengan pasangan Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran. Jika AMIN bisa masuk putaran dua, maka Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran akan menyatu menghadapi AMIN.
Sebenarnya dengan Ganjar-Mahfud sebagai refresentasi PDI-P Jokowi setelah lengser sudah cukup aman, tetapi rupanya Jokowi merasa lebih aman dengan Prabowo-Gibran. Disamping merasa lebih aman dengan Prabowo-Gibran mungkin Jokowi ingin menata karier politik untuk putranya selagi berkuasa. Dengan usia Prabowo sudah memasuki 77 tahun ada yang menduga Prabowo tidak akan sampai pada akhir masa jabatan, sehingga ditengah perjalanan Gibran bisa langsung sebagai Presiden.
Cakep nian naluri politik Jokowi. Dengan memanfaatkan waktu yang tersisa dan sumber daya yang dimiliki, ia susun skenario penentuan Bacawapres Prabowo. Dengan kekuasan yang dimiliki Jokowi dorong Parpol dalam KIM mau menerima Gibran sebagai Bacawapres Prabowo. Selanjutnya dengan kekuasaan yang dimiliki Jokowi dorong Golkar mau menjadi rumah baru bagi Gibran. Erlangga Hartarto dan Zulkiflih Hasan sebagai Ketua Umum Golkar dan PAN yang sama-sama menyodorkan kandidat Bacawapres untuk Prabowo tidak berkutik. Sebagai pemilih hanya bisa berharap semoga Pilpres 2024 berlangsung Jurdil dan aman. Amin yarabbal alamin.