Lebaran Ketupat, Pengasuh PP Nurudz-Dzolam Gelar Doa Bersama di Masjid Al- Ikhlas Campor

Moh Yusuf
1.2k Views
2 Min Read

Bangkalan, sigap88news.com || Tradisi lebaran ketupat, masih dijalankan oleh sebagian besar masyarakat asal daerah Madura yang bermukim di berbagai daerah di Provinsi Jawa Timur. Untuk menjaga tradisi turun temurun itu dapat dipastikan lebaran ketupat masih tetap berjalan.

Lebaran ketupat dilaksanakan pada H+7 lebaran Idul Fitri. Dengan membawa ketupat, lontong, lepet atau beras ketan dimasukkan dalam daun janur yang memasaknya dikukus masyarakat berbondong-bondong mengikuti doa acara bersama yang dipimpin oleh pemuka agama (Kh.Muhibbur Ridho AH).

Tradisi lebaran Ketupat menurut sejarah telah berlangsung sejak abad ke 15 di kerajaan Islam Demak Bintoro. Tradisi ini diyakini berasal dari Sunan Kalijaga, salah satu dari kesembilan wali (wali songo) yang termashur sebagai penyebar agama islam di tanah Nusantara.

Di era masyarakat sekarang, tradisi itu dimaknai sebagai tanda selesainya lebaran idul fitri. Ada anggapan kembalinya masyarakat menjalankan rutinitas sebagaimana biasanya usai mengadakan “Kupatan atau lebaran Ketupat,” dan sah, menjalankan aktifitas pekerjaan.

Tradisi lebaran Ketupat merujuk pada hadis Imam Muslim, “Barang siapa yang menjalankan puasa enam hari sesudah hari raya Idul Fitri, maka, itu menjadi penyempurna puasa satu tahun.”

“Kalau dahulu, sebelum kupatan pasti berpuasa, dan pada hari ke tujuhnya barulah syukuran dengan pelaksanaan doa bersama,” ungkap pengasuh pondok pesantren Nurudz Dzolam, Minggu (1/6/2020).

Meski puasa enam hari jarang yang menjalankannya, namun tradisi kupatan merupakan filosofi mempererat tali kekeluargaan dengan saling mengantar masakan ke tetangga dan keluarga dekat. (sin)

TAGGED:
Share This Article
Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *