Banten, Sigap88news.com – Ribuan warga masyarakat Baduy setiap tahun memiliki jadwal yang kontinyu untuk melakukan “seba” ke Pendopo Bupati Lebak maupun ke Provinsi Banten, sebagai bentuk pengakuan terhadap pemerintah sekaligus silaturahmi dan rasa syukur kepada Yang Maha Pencipta.

Kali ini sejumlah tokoh Baduy yang merayakan ritual tradisi “Seba” atau berkunjung silaturahim kepada Bupati Iti Octavia Jayabaya bersama pejabat daerah, mendo’akan kehidupan bangsa dalam kedamaian dan rukun, pada Jum’at (28/04/2023) malam.
“Jika itu terwujud kehidupan yang damai dan rukun maka dipastikan masyarakat bahagia juga aman serta tentram,” kata kokolot, tokoh Baduy Dalam Ayah Mursyid di Lebak, Banten, Sabtu (29/04/2023).

Perayaan Seba yang dilaksanakan masyarakat Baduy setiap tahun sekali itu memiliki makna untuk menjalin silaturahim memperkuat persatuan dan persaudaraan.
Bahkan, perayaan ritual adat tersebut sudah berlangsung ratusan tahun yang dilaksanakan nenek moyangnya secara turun menurun.
Pelaksanaan Seba yang juga merupakan bentuk kesetiaan dan kepatuhan serta kecintaan terhadap Pemerintah Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten serta aparat penegak hukum hingga kini masih terpelihara dan terawat.
Menurut mereka, masyarakat Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak wajib melaksanakan Seba, karena perintah nenek moyang, dengan membawa hasil komoditas pertanian ladang untuk diserahkan kepada Bupati Lebak dan Gubernur Banten sebagai ungkapan rasa syukur.
“Jika tidak melaksanakan perayaan Seba dikhawatirkan terkena musibah bencana alam,” ujar Ayah Mursyid.
Ayah Mursyid mengatakan dirinya berpesan pada kegiatan Seba itu agar tahun politik 2024 dapat memperkuat persatuan dan kesatuan, sehingga semua anak bangsa itu hidup bersatu, rukun, damai, aman dan tentram.
Selama ini, masyarakat Baduy dengan penduduk sekitar 11.600 jiwa tersebar di 58 perkampungan belum pernah terjadi konflik maupun perpecahan.
Masyarakat Baduy masih patuh pada “papakem” atau pesan dan aturan yang ditularkan dari nenek moyangnya sehingga sampai kini belum ditemukan sikap yang merugikan orang lain, seperti melakukan pencurian, tindakan kriminal maupun kejahatan lainnya.
“Kami berpesan agar tahun politik 2024 dengan adanya pemilihan presiden dan wakilnya juga kepala daerah, legislatif dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) berjalan lancar, damai, aman dan tentram,” ucap Ayah Mursyid.
Ayah Mursyid juga meminta para elit politik harus memberikan contoh yang baik kepada masyarakat, sehingga dapat menciptakan iklim kondusif.
Kata dia, para elit politik jika kalah dalam pertarungan tetap harus berjiwa legowo, negarawan dan dewasa untuk lebih mencintai persatuan dan kesatuan.
“Kita jangan sampai para elit politik yang kalah dalam pertarungan politik menjadi provokator untuk memecah belah anak bangsa, sehingga bisa merugikan masyarakat,” ungkapnya.
Begitu pula tokoh Baduy lainya, Jaro Tanggungan 12, Saidi Yunior mengatakan tahun politik 2024 masyarakat harus semakin dewasa dan mampu memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa sehingga jangan sampai terjadi perpecahan dan konflik antar pendukung maupun simpatisan.
Sebab, lanjut dia, masyarakat Indonesia sejak nenek moyang dan kerajaan sangat mencintai kedamaian, kerukunan dan saling toleransi dengan keberagaman perbedaan agama, suku, budaya, sosial dan bahasa.
Namun, ditengah keberagaman itu menjadi kekuatan untuk semakin kokoh menjalin persatuan dalam bingkai NKRI.
“Kita sesama saudara tentu hidup harus saling berdampingan dengan toleransi sehingga pesta demokrasi tahun 2024 benar-benar penuh kerukunan dan kedamaian,” tutur Saidi.
Senada dikatakan Kepala Desa Kanekes Kabupaten Lebak yang juga merupakan tokoh adat, Jaro Saija. Ia mengatakan kegiatan ritual Seba bagi masyarakat Baduy untuk memperkuat persatuan dan persaudaraan.
Saat ini, kata dia, jumlah peserta Seba dihadiri sebanyak 1.224 orang terdiri dari Baduy Dalam dengan kekhasan berpakaian putih, celana putih, dan lomar atau kain penutup kepala yang juga berwarna putih.
Masyarakat Baduy Dalam yang tersebar di Kampung Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik hingga saat ini masih kuat mengikuti adat istiadat setempat.
Bagi masyarakat Baduy Dalam, jika mereka berpergian ke manapun berjalan kaki dan dilarang naik kendaraan.
Sedangkan, masyarakat Baduy Luar dengan kekhasan pakaian hitam, celana hitam, dan lomar berwarna biru sudah menerima pengaruh modernisasi hingga menggunakan kemajuan digital dan internet melalui telepon pintar sehingga bisa berkomunikasi melalui media sosial.
“Kami berharap bangsa ini ke depan menjadi lebih baik dengan memperkuat persatuan, sehingga tidak akan terjadi konflik maupun perpecahan, bahkan kehidupan masyarakat aman, tentram dan damai,” kata Jaro Saija. (AR_red)